Friday, March 03, 2006

SMS bercerita tentang......

Pagi ini sama seperti pagi-pagi sebelumnya. Matahari selalu setia terbit dari timur, tapi mungkin pada suatu ketika matahari pun enggan menampakkan diri sama halnya lekangnya kesetiaan makhluk yang namanya laki-laki. Ini bukan berarti aku mendiskreditkan laki-laki, tapi mungkin karena aku belum pernah mendapatkan laki-laki yang setia, tulus juga penuh rasa cinta. ( Kok jadi melankolis ya? ). Atau mungkin memang semua manusia mempunyai sifat seperti itu tak pernah bisa mempunyai sifat setia pada pasangannya. Beberapa kasus bisa membuktikannya. Tapi aku tidak berkompeten untuk menuliskannya disini, ini hanya sebuah keluh kesahku semata atau bisa juga ketidak puasanku atas hubunganku selama ini. Tadi malam hujan tidak biasanya lama mengguyur kota Brebes. Sebuah kota yang menurut ukuranku begitu panas. Hingga terkadang aku berpikir tak ada tempat untukku berlindung dari kerontangnya musim di kota ini. Kota yang benar-benar gersang, sama halnya rasaku yang kian gersang bahkan kini mulai meranggas. Ada ketakutan hatiku akan mengerdil lalu mati dengan perlahan. Ah, kapan hujan akan datang mengguyur keringnya rasaku? Hingga aku bisa mencium kembali aroma “ ampo “ yang begitu aku rindukan bahkan aku begitu tergila-gila karenanya. Bahkan aku rela mengorbankan jiwaku untuk bisa mencium aromanya sama halnya dengan aroma kemuning di kampung halamanku. Aroma yang menentramkan, hingga mampu membius semua emosiku. Ini bukan cerita patah hati gadis remaja tapi lebih pada kesendirian yang kian akut. Hingga aku begitu takut ketika ada seorang laki-laki yang begitu istimewa dihatiku mengatakan sesuatu yang membuatku mengalami imsonia beberapa hari lamanya. Dia bilang lewat SMS “ Mengakhiri kesendirian mungkin sama sulitnya dengan melepas nafas terakhir. Butuh keikhlasan bahkan atas nama Tuhan “ Padahal beberapa menit sebelumnya dia mengirimku SMS yang berbeda “ Tiba2 kumerasa sepi, sendiri. Entah kenapa kubutuh seseorang, menemaniku dalam diam. Entah siapa”. Aku bilang, “ Sepi seperti ilusi tapi sendiri adalah pilihan”. ” Kesendirian adl pilihan. Tak banyak yg memilih, tidak juga aku.Tapi dalam keramaian pun kesendirian sering datang tiba2. kesendirian pada akhirnya juga adalah keniscayaan “ begitulah SMS yang dia kirim padaku. Ah, aku pikir dia benar-benar merasa sendiri hingga aku menulis, “ Jika kesendirian bukan pilihanmu dan kesendirian adalah keniscayaan kenapa tidak mencoba untuk mengakhirinya?” Tapi ternyata jawabannya benar-benar membuat denyut nadiku berhenti sesaat hingga nafasku terasa berat juga seluruh sistem dalam tubuhku tak bisa lagi bekerja. Jika memang mengakhiri kesendirian sama sulitnya dengan melepas nafas terakhir, kenapa banyak orang yang memutuskan untuk tidak sendiri? Dancuk!!! Kau membuatku benar-benar patah cinta……………. ! Brebes, 24 November 2005

0 Comments:

Post a Comment

<< Home